Kratom: Manfaat, Risiko, dan Kontroversi Penggunaan

Kratom, yang mempunyai nama ilmiah Mitragyna speciosa, merupakan tanaman yang berasal dari Asia Tenggara, terutama di Thailand, Malaysia, Indonesia, dan Papua Nugini. Daun kratom telah digunakan selama berabad-abad dalam pengobatan tradisional, terutama untuk membantu meningkatkan stamina serta meredakan rasa sakit. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, kratom telah menjadi topik perdebatan di berbagai negara, termasuk Indonesia, terkait dengan manfaat dan risikonya. Artikel ini akan membahas secara rinci mengenai kratom, mulai dari kandungan kimianya, manfaat, risiko penggunaan, hingga status hukumnya di berbagai negara.

Baca juga :

1. Apa Itu Kratom?

Kratom merupakan pohon tropis yang daunnya mengandung senyawa aktif yang dikenal sebagai alkaloid, terutama mitragynine dan 7-hydroxymitragynine. Kedua senyawa ini memiliki efek pada reseptor opioid di otak, sehingga kratom sering digunakan sebagai alternatif alami untuk meredakan rasa sakit atau bahkan mengatasi gejala putus obat pada pengguna opioid.

Tradisi penggunaan kratom di Asia Tenggara sudah berlangsung selama ratusan tahun. Masyarakat di wilayah tersebut biasa mengunyah daun kratom atau menyeduhnya seperti teh untuk mendapatkan efek stimulan ringan, mengurangi rasa lelah, dan meningkatkan energi. Di sisi lain, ketika dikonsumsi dalam dosis yang lebih tinggi, kratom memiliki efek sedatif yang mirip dengan opioid, seperti memberikan rasa tenang dan meredakan nyeri.

Kandungan Kimia Utama dalam Kratom:

  • Mitragynine: Senyawa utama yang memberikan efek stimulan.
  • 7-Hydroxymitragynine: Senyawa yang bertanggung jawab atas efek sedatif dan pereda nyeri pada kratom.

2. Manfaat Kratom

Penggunaan kratom telah menarik perhatian banyak orang di seluruh dunia karena klaim manfaatnya yang bervariasi. Berikut adalah beberapa manfaat yang sering dikaitkan dengan konsumsi kratom:

a. Pereda Nyeri

Salah satu manfaat utama kratom adalah kemampuannya untuk meredakan rasa nyeri. Mitragynine dan 7-hydroxymitragynine bekerja dengan cara mengikat reseptor opioid di otak, yang mirip dengan cara kerja obat-obatan pereda nyeri seperti morfin. Karena efek ini, banyak orang yang menggunakan kratom untuk mengatasi nyeri kronis, seperti nyeri punggung, artritis, dan fibromyalgia.

b. Mengatasi Gejala Putus Obat

Di beberapa negara, kratom digunakan sebagai alternatif untuk mengatasi kecanduan opioid. Pengguna opioid sering mengalami gejala putus obat yang sangat menyakitkan ketika mencoba berhenti dari kecanduannya. Kratom, dengan efeknya yang mirip opioid dalam dosis tinggi, membantu meredakan gejala-gejala ini tanpa menyebabkan tingkat kecanduan yang sama seperti opioid sintetis.

c. Meningkatkan Energi dan Stamina

Di Asia Tenggara, kratom tradisional digunakan oleh para pekerja untuk meningkatkan energi dan stamina selama bekerja. Ketika dikonsumsi dalam dosis rendah, kratom memiliki efek stimulan ringan yang bisa membantu mengurangi kelelahan dan meningkatkan fokus.

d. Mengatasi Kecemasan dan Depresi

Beberapa pengguna melaporkan bahwa kratom membantu mereka mengatasi kecemasan dan depresi. Efek relaksasi yang diberikan oleh alkaloid dalam kratom dapat membantu meredakan pikiran yang gelisah dan meningkatkan suasana hati. Namun, perlu diingat bahwa penelitian ilmiah tentang penggunaan kratom untuk kesehatan mental masih sangat terbatas.

3. Risiko dan Efek Samping Kratom

Meski kratom memiliki banyak manfaat yang potensial, penggunaan jangka panjang atau dalam dosis besar dapat menyebabkan efek samping yang berbahaya. Beberapa risiko dan efek samping yang paling umum termasuk:

a. Ketergantungan

Karena kratom bekerja pada reseptor opioid di otak, penggunaannya yang berkelanjutan dapat menyebabkan ketergantungan. Pengguna yang sudah terbiasa mengonsumsi kratom mungkin merasa sulit untuk berhenti, dan mereka dapat mengalami gejala putus obat seperti mual, muntah, kelelahan, dan kecemasan ketika mencoba berhenti.

b. Gangguan Pencernaan

Konsumsi kratom, terutama dalam dosis tinggi, dapat menyebabkan gangguan pencernaan seperti sembelit dan mual. Beberapa pengguna juga melaporkan terjadinya penurunan nafsu makan setelah mengonsumsi kratom dalam jangka waktu lama.

c. Masalah Kesehatan Mental

Meskipun beberapa orang menggunakan kratom untuk mengatasi kecemasan dan depresi, penggunaannya yang berlebihan dapat memperburuk kondisi kesehatan mental. Beberapa efek samping psikologis yang dilaporkan termasuk kebingungan, delusi, hingga serangan panik.

d. Risiko Kematian

Meskipun jarang, penggunaan kratom telah dikaitkan dengan beberapa kasus kematian, terutama ketika dikonsumsi bersamaan dengan obat lain, seperti opioid atau alkohol. Oleh karena itu, penggunaan kratom dalam dosis besar atau bersamaan dengan zat lain dapat meningkatkan risiko overdosis.

4. Kontroversi dan Status Hukum Kratom

Kratom menjadi subjek kontroversi di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Sementara banyak yang mendukung penggunaan kratom sebagai alternatif untuk pengobatan alami, ada juga yang memperingatkan bahaya penggunaannya. Beberapa negara telah melarang penggunaan kratom karena kekhawatiran akan potensi ketergantungan dan efek sampingnya.

a. Status Hukum di Indonesia

Di Indonesia, kratom masih bisa ditemui di beberapa daerah, terutama di Kalimantan, tempat tanaman ini tumbuh secara alami. Namun, pemerintah Indonesia melalui Badan Narkotika Nasional (BNN) telah memberikan peringatan bahwa kratom dapat masuk dalam daftar narkotika golongan I, yang berarti penggunaannya akan sepenuhnya dilarang. Hal ini dipertimbangkan karena potensi ketergantungan dan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh penggunaan kratom.

b. Status Hukum di Negara Lain

  • Amerika Serikat: Kratom dilarang di beberapa negara bagian, tetapi masih legal di tingkat federal.
  • Thailand: Setelah dilarang selama beberapa dekade, kratom telah dilegalkan kembali untuk penggunaan medis.
  • Malaysia: Kratom masih ilegal di negara ini, dan penggunaannya bisa menyebabkan hukuman berat.

Kesimpulan

Kratom adalah tanaman yang memiliki potensi manfaat kesehatan, terutama dalam meredakan rasa nyeri dan membantu mengatasi kecanduan opioid. Namun, risiko penggunaan kratom juga tidak bisa diabaikan, termasuk potensi ketergantungan, gangguan pencernaan, hingga efek samping psikologis yang serius. Status hukum kratom juga bervariasi di berbagai negara, termasuk Indonesia, di mana penggunaannya mungkin akan dibatasi atau dilarang di masa depan.

Jika Anda tertarik untuk mencoba kratom sebagai alternatif pengobatan, sangat penting untuk melakukannya dengan hati-hati dan, jika memungkinkan, di bawah pengawasan profesional medis.

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama