Baca juga :
- Peperomia Caperata: Permata Tersembunyi di Dunia Tanaman Hias
- ZZ Plant: Keindahan dan Kemudahan Merawat Tanaman Hias Tahan Banting
- Bambu Hoki (Dracaena sanderiana): Simbol Keberuntungan dan Cara Perawatannya
Cara Kerja dan Teknologi yang Digunakan
Untuk membuat solar cell yang tipis dan fleksibel, digunakan material khusus seperti CIGS atau perovskit yang bisa tembus cahaya. Material ini bisa ditempelkan atau dilapisi langsung pada permukaan jaring paranet. Cahaya yang masuk sebagian disaring (untuk menaungi tanaman) dan sebagian lagi diubah menjadi energi listrik.
Energi listrik yang dihasilkan dapat diakumulasi dalam baterai berkapasitas kecil, kemudian dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti:
- Menggerakkan pompa air irigasi tetes otomatis
- Menghidupkan sensor kelembapan tanah dan suhu udara
- Menyalakan lampu UV anti-hama atau lampu malam di lahan
- Mengisi daya alat ukur atau ponsel petani
Bayangkan: lahan menjadi tempat bercocok tanam sekaligus pembangkit energi kecil mandiri.
Sebagai negara tropis dengan penyinaran matahari rata-rata 4,8–5,6 kWh/m²/hari, Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk mengembangkan sistem agri-photovoltaic paranet ini. Paranet surya bisa menjadi solusi cerdas di daerah pedalaman, kawasan pertanian kering, atau green house inovatif. Inisiatif ini berpotensi dikembangkan sebagai program CSR perusahaan energi, riset terapan perguruan tinggi, maupun komoditas ekspor berbasis teknologi ramah lingkungan karya petani dalam negeri.
Tantangan & Langkah Awal
1. Biaya awal masih tinggi, tapi bisa ditekan lewat kerja sama koperasi, kampus, dan pemerintah.
2. Ketersediaan material seperti film surya fleksibel perlu dijembatani dengan industri teknologi.
3. Pelatihan petani dalam merawat dan memanfaatkan sistem ini jadi kunci keberhasilan.
Namun seperti semua revolusi, semuanya dimulai dari ide dan keberanian untuk mencoba.
Posting Komentar