Gula adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dari secangkir kopi hingga kue favorit, hampir semua orang mengonsumsi gula dalam berbagai bentuk. Nah karena makin banyak trend anti gula atau mengurangi gula, banyak orang mencari alternatif lainya, seperti gula dari tebu yang ditanyakan kesehatannya oleh masyarakat luas. Mari kita telusuri penjelasan ilmiahnya.
Baca juga:
- Mau Bertani di Pekarangan Rumah? Paranet Bisa Jadi Solusi Murah Meriah
- Kenapa Sayur Bisa Pahit? Ini Penjelasan Biokimianya
- Blueberry Bisa Membantu Kesehatan Otak? Ini Faktanya!
Asal Usul Gula Tebu
Gula yang berasal dari tebu sudah sangat populer. Proses pembuatannya dimulai dengan mengekstrak air tebu, lalu melalui tahap pemurnian dan kristalisasi hingga menghasilkan gula pasir yang kita kenal. Bentuk paling umumnya adalah gula putih dan gula merah (gula aren berbeda karena berasal dari pohon enau).
Gula tebu sangat mirip dengan gula putih, gula tebu mengandung sukrosa. Baik gula putih maupun gula merah dari tebu memiliki nilai kalori yang serupa, sekitar 16 kalori per sendok teh. Gula merah mengandung sedikit mineral seperti kalsium, kalium, dan zat besi karena pemrosesannya lebih minim, tetapi kandungan tersebut sangat kecil dan tidak cukup signifikan untuk memberi manfaat kesehatan yang nyata dalam jumlah konsumsi normal.
Gula Tebu vs. Gula Buatan
Yang membuat gula tebu tampak lebih “alami” adalah karena berasal dari tanaman dan tidak melalui proses kimia sintetis seperti pemanis buatan (aspartam, sakarin, dll). Sayangnya ini tidak seperti yang kalian pikirkan, Tubuh manusia memperlakukan semua jenis gula sederhana dengan cara yang sama: mereka cepat dicerna dan menyebabkan peningkatan kadar gula darah.
Meskipun pemanis buatan memiliki kalori lebih rendah, sebagian besar ilmuwan sepakat bahwa konsumsi berlebihan baik gula alami maupun pemanis buatan tetap harus dibatasi. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat memengaruhi mikrobiota usus dan sinyal nafsu makan, meskipun efeknya masih terus diteliti.
Efek pada Kesehatan
Gula dari tebu yang dikonsumsi dalam jumlah besar dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, seperti obesitas, resistensi insulin, diabetes tipe 2, hingga penyakit jantung. Ini bukan karena gulanya berasal dari tebu, melainkan karena sukrosa berlebih yang dikonsumsi melebihi kebutuhan tubuh.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan agar asupan gula tambahan (termasuk dari tebu) tidak melebihi 10% dari total energi harian, dan lebih baik jika dibatasi hingga 5%.
Gula pada tebu hampir mirip dengan gula biasa, mereka tetap manis dan tinggi akan kemanisan. Gula tetaplah gula, dan dampaknya pada tubuh tergantung dari jumlah konsumsi serta gaya hidup secara keseluruhan. Mengganti gula putih dengan gula merah atau organik tidak akan membuat perubahan besar bila konsumsinya tetap berlebihan.
Gula dari tebu memang alami, tetapi bukan berarti lebih sehat secara mutlak. Kunci utamanya adalah mengontrol jumlah konsumsi, memperbanyak serat, dan menjaga aktivitas fisik. Alih-alih mencari jenis gula yang “lebih baik”, lebih bijak bila kita mulai mengurangi ketergantungan pada rasa manis berlebih dan mengutamakan pola makan seimbang.
Posting Komentar