Di antara berbagai bunga yang tumbuh subur di Jepang, Higanbana (Lycoris radiata) atau red spider lily memiliki tempat tersendiri bukan karena keindahannya semata, tetapi karena makna simbolis yang menyertainya. Bunga ini dikenal luas sebagai "bunga kematian" dalam budaya Jepang, dan memiliki kisah panjang yang lekat dengan perpisahan, alam baka, dan kehidupan setelah mati.
Asal dan Makna Filosofis
Higanbana berasal dari Asia Timur, dan di Jepang, bunga ini mekar sekitar saat Higan, yaitu waktu ekuinoks musim gugur yang juga menjadi momen penghormatan untuk arwah leluhur. Nama "Higan" sendiri berarti "dunia seberang" atau alam setelah kematian dalam ajaran Buddha. Tak heran jika bunga ini identik dengan pemakaman, kuil, dan tempat yang penuh kenangan.
Simbolisme Higanbana dalam budaya Jepang sangat mendalam. Bunga ini dipercaya tumbuh di sepanjang jalan menuju alam baka, menjadi penanda bahwa seseorang telah meninggalkan dunia fana. Karena makna tersebut, Higanbana jarang bahkan tidak pernah dijadikan hadiah atau simbol kebahagiaan.
Baca juga:
- Lavender: Lebih dari Sekadar Bunga Harum
- Misteri Edelweiss, Rahasia Ketahanan Bunga di Dingin Ekstrem
- 5 Cara Membuat Lilin Aromaterapi dari Perbungaan
Fakta Unik Higanbana yang Jarang Diketahui
1. Tidak Pernah Diberikan Sebagai Hadiah
Berbeda dari bunga lain, Higanbana dianggap tabu untuk diberikan kepada orang lain karena maknanya yang melambangkan kematian dan perpisahan.
2. Mekar Tanpa Daun
Higanbana memiliki siklus unik: bunganya mekar saat daunnya tidak ada, dan sebaliknya, daun tumbuh setelah bunga gugur. Hal ini menjadikan bunga ini sebagai simbol cinta yang tak bisa bersatu.
3. Tumbuh di Sekitar Pemakaman
Bunga ini sering ditemukan di pemakaman karena akarnya beracun dan dapat mengusir hama atau hewan liar yang mengganggu tanah kubur.
4. Beracun Tapi Bertahan Hidup
Umbinya mengandung racun lycorine. Namun, dalam masa-masa sulit seperti kelaparan ekstrem, masyarakat Jepang kuno memanfaatkan umbi ini sebagai makanan darurat—setelah diproses untuk menghilangkan racunnya.
5. Tidak Berkembang Biak Lewat Biji
Banyak varietas Higanbana tidak menghasilkan biji dan hanya berkembang biak secara vegetatif melalui umbinya. Karena itu, bunga ini jarang menyebar secara liar seperti bunga lain.
6. Dikenal dalam Legenda dan Cerita Rakyat
Salah satu kisah terkenal menceritakan dua dewa yang jatuh cinta tapi dikutuk untuk tidak pernah bertemu. Satu menjaga bunga, satu menjaga daun. Akibatnya, bunga dan daun Higanbana tak pernah tumbuh bersamaan simbol cinta yang tragis.
Higanbana bukan sekadar bunga merah mencolok yang tumbuh di tepi jalan atau makam. Ia adalah simbol kuat dari transisi hidup, kehilangan, dan keabadian. Meski memiliki reputasi “kelam,” Higanbana justru menarik karena kejujurannya dalam mewakili perasaan yang sering kali sulit diungkap: perpisahan yang abadi namun tetap indah untuk dikenang.
Posting Komentar