Apakah kalian pernah mendengar buah kesemek? memang buah ini tidak sepopuler buah lainya. Buah yang dulu begitu akrab di meja nenek ini, perlahan-lahan menghilang dari ingatan banyak orang. Mungkin karena bentuknya yang sederhana, atau karena dianggap “buah desa” yang kalah pamor dibanding buah-buah modern impor. Namun siapa sangka, di balik kesederhanaannya, kesemek menyimpan rasa manis yang lembut dan segudang manfaat yang layak dikembalikan ke dalam sorotan.
Baca juga:
- Siapa Sangka Sayuran Ini Bisa Jadi Keripik Super Gurih!
- 5 Sayur Asing yang Sudah Dibudidayakan di Indonesia
- Buah Naga Kuning, Rasa Lebih Manis, Lebih Langka!
Kesemek (Diospyros kki), dikenal juga sebagai “buah kaki” di beberapa wilayah Asia, memiliki bentuk mirip tomat dengan kulit berwarna oranye kekuningan. Kulit buah ini seperti anak bayi sehabis mandi, yaitu dibedaki. Banyak orang mengira itu adalah lapisan pestisida, padahal sebenarnya itu adalah hasil dari proses alami pengeringan tanin untuk menghilangkan rasa sepat. Proses inilah yang membuat kesemek bisa dinikmati dalam versi matang dengan rasa manis, lembut, dan sedikit mirip karamel.
Buah ini tak kenal tren, ,dia populer di kalangan orang tua dan stabil mengambil market di pasar saat masa panen tiba. Namun justru di situlah daya tariknya kesemek menawarkan rasa dan kebaikan alami yang jujur, tanpa dibuat-buat.
Secara gizi, kesemek memiliki kandungan yang mengesankan. Dilengkapi dengan vitamin yang tinggi serta menghalang banyak penyakit untuk tubuh. Kandungan seratnya cukup tinggi, menjadikannya sangat baik untuk pencernaan dan detoksifikasi tubuh. Untuk mereka yang sedang menjaga kadar kolesterol atau tekanan darah, kesemek bisa menjadi camilan sehat yang alami dan lezat.
Meskipun rasanya manis, indeks glikemiknya relatif rendah, sehingga tidak menyebabkan lonjakan gula darah drastis. Bahkan dalam pengobatan tradisional, kesemek kerap digunakan untuk meredakan panas dalam dan mempercepat pemulihan tubuh dari kelelahan.
Namun di tengah tren makanan instan dan buah-buahan dari luar negeri yang tampilannya lebih mengilap, kesemek seolah terpinggirkan. Padahal, buah ini tidak kalah menarik bila diolah secara kreatif. Ia bisa dijadikan bahan dasar jus, selai, puding, bahkan dikeringkan sebagai camilan alami bebas pengawet. Nah dia juga populer pada negara Asia lainya apalagi saat hari raya, buah ini biasanya dijemur untuk dikeringkan.
Membawa kembali kesemek ke meja makan kita bukan hanya soal mengenang masa lalu. Ini juga tentang menghargai kekayaan lokal yang nyaris hilang karena kita terlalu sibuk mengejar apa yang tampak “modern”. Dalam dunia yang penuh kilau dan kecepatan, kesemek hadir sebagai pengingat: bahwa kadang yang terbaik adalah yang paling sederhana manis, lembut, dan jujur dari alam.
Mungkin sudah waktunya kita menoleh sejenak ke pojok pasar, mencari kesemek yang dulu biasa kita makan waktu kecil. Bukan sekadar untuk nostalgia, tetapi untuk memberi ruang bagi buah lokal ini bersinar kembali di tengah arus zaman.
Posting Komentar