Cinnamon atau kayu manis dikenal luas sebagai salah satu rempah paling berharga di dunia. Aromanya yang hangat dan manis menjadikannya favorit dalam kuliner maupun pengobatan tradisional. Namun, tidak banyak yang mengetahui perjalanan panjang cinnamon, mulai dari proses pengambilan kulit pohon hingga menjadi rempah bernilai tinggi yang diperdagangkan lintas benua. Kisah ini bukan hanya tentang sebuah bahan dapur, melainkan juga mengenai sejarah, budaya, dan ekonomi global yang pernah dipengaruhi oleh sepotong kulit pohon.
Baca juga:
- Pohon Pecan, Penghasil Kacang Bernutrisi Tinggi!
- Rahasia Timun dalam Menjaga Hidrasi Tubuh dan Kulit Segar!
- Bukan Cuaca, Inilah Alat Murah yang Tentukan Kualitas Kopi
Cinnamon berasal dari pohon Cinnamomum, anggota keluarga Lauraceae, yang tumbuh subur di kawasan tropis Asia Selatan dan Asia Tenggara. Pohon ini memiliki batang berkayu, daun hijau mengilap, serta bunga kecil berwarna putih kekuningan. Bagian yang dimanfaatkan sebagai rempah bukan buah atau daun, melainkan kulit bagian dalam batang dan cabangnya. Untuk mendapatkannya, para petani harus melalui proses khusus yang memerlukan ketelitian. Kulit luar pohon dikupas, kemudian kulit bagian dalam yang lebih halus diambil dan dikeringkan. Proses pengeringan ini membuat kulit menggulung menjadi batang kecil yang dikenal sebagai “stick cinnamon” atau kayu manis batangan.
Proses panen cinnamon umumnya dilakukan ketika pohon berusia dua hingga tiga tahun. Pohon ditebang, lalu kulitnya dipisahkan dengan hati-hati. Pekerjaan ini membutuhkan keterampilan tinggi, karena kualitas kayu manis sangat dipengaruhi oleh ketebalan, kelembutan, dan cara pengeringannya. Setelah dikeringkan, batang kayu manis dapat dipotong kecil-kecil atau digiling menjadi bubuk. Bentuk bubuk lebih praktis digunakan dalam masakan, sementara batang kayu manis sering dipakai untuk minuman dan hidangan yang membutuhkan aroma bertahap.
Sejak ribuan tahun lalu, cinnamon sudah menjadi komoditas bernilai tinggi. Catatan kuno menunjukkan bahwa Mesir kuno menggunakan kayu manis dalam pengawetan mumi dan sebagai bahan dupa dalam upacara keagamaan. Di India dan Tiongkok, cinnamon masuk dalam sistem pengobatan tradisional untuk menghangatkan tubuh dan meningkatkan stamina. Sementara itu, bangsa Arab berperan besar dalam menyebarkan cinnamon ke Eropa melalui jalur perdagangan rempah. Pada masa itu, sumber asli kayu manis dijaga rapat-rapat agar nilainya tetap tinggi, sehingga rempah ini bahkan dianggap lebih berharga daripada emas.
Eropa pada abad pertengahan menjadikan cinnamon sebagai simbol status sosial. Hanya kaum bangsawan dan pedagang kaya yang mampu membeli kayu manis untuk bumbu masakan dan parfum mewah. Permintaan tinggi dari benua Eropa membuat cinnamon menjadi salah satu alasan utama ekspedisi laut besar-besaran yang dilakukan bangsa Portugis, Belanda, dan Inggris. Sri Lanka, yang dikenal menghasilkan cinnamon dengan kualitas terbaik, menjadi rebutan para penjajah. Kondisi ini menegaskan betapa pentingnya sepotong kulit pohon bagi dinamika politik dan ekonomi dunia.
Selain perannya dalam sejarah perdagangan, cinnamon juga menempati posisi istimewa dalam dunia kesehatan. Kulit pohon ini mengandung senyawa cinnamaldehyde, eugenol, serta antioksidan yang berkhasiat bagi tubuh. Penelitian modern menunjukkan bahwa konsumsi kayu manis dalam jumlah wajar dapat membantu mengontrol gula darah, melawan peradangan, serta mendukung kesehatan jantung. Tidak heran jika sejak dahulu hingga kini, cinnamon tidak hanya digunakan sebagai rempah dapur, tetapi juga sebagai bahan obat tradisional dan modern.
Dalam dunia kuliner, cinnamon terus menjadi bintang utama. Aromanya yang khas memperkaya rasa masakan, baik manis maupun gurih. Di Timur Tengah dan India, cinnamon digunakan dalam campuran bumbu kari, biryani, hingga minuman tradisional. Di Barat, kayu manis identik dengan roti, kue, serta minuman hangat yang sering disajikan pada musim dingin. Fleksibilitas ini menjadikan cinnamon sebagai salah satu rempah yang mendunia, menembus batas budaya dan geografis.
Saat ini, cinnamon diproduksi di berbagai negara, termasuk Sri Lanka, Indonesia, Vietnam, dan Tiongkok. Meski begitu, cinnamon asal Sri Lanka yang dikenal sebagai Cinnamomum verum tetap dianggap sebagai kualitas tertinggi. Sementara itu, varietas cassia dari Indonesia dan Tiongkok juga sangat populer karena rasanya lebih kuat dan harganya lebih terjangkau. Perbedaan jenis ini membuat cinnamon memiliki pasar yang luas, dengan harga yang bervariasi sesuai kualitas dan asalnya.
Perjalanan cinnamon dari kulit pohon sederhana hingga menjadi rempah bernilai tinggi adalah cerminan bagaimana manusia memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan hidup sekaligus menciptakan sejarah perdagangan dunia. Dari ritual kuno di Mesir hingga sajian modern di meja makan, kayu manis terus memainkan peran penting dalam kehidupan manusia. Nilai historis, manfaat kesehatan, serta kelezatannya membuat cinnamon tetap bertahan sebagai salah satu rempah paling berharga hingga kini.
Dengan demikian, kisah cinnamon bukan sekadar tentang pohon yang menghasilkan kulit harum, tetapi tentang perjalanan panjang sebuah rempah yang mampu memengaruhi jalur perdagangan, budaya, hingga perkembangan kuliner global. Dari akar sejarahnya yang mendalam hingga fungsinya di masa kini, cinnamon layak disebut sebagai hadiah alam yang bernilai tak ternilai.
Posting Komentar