Apel memang gampang ditemui dipasar maupun market. Namun, siapa sangka bahwa di dunia ini ada apel yang harganya bisa membuat alis terangkat? Apel yang tak hanya manis di lidah, tapi juga menggoda kantong. Lalu kenapa apel ini dihargai lebih mahal dari apel yang lain? Sekai ichi atau jika yang di translate menjadi "nomer satu di dunia". Ia adalah karya seni dari pertanian yang penuh ketelatenan. Jepang memang terkenal dengan buah premiumnya yang di rawat dengan penuh kehati-hatian dan presisi.
Baca juga:
- Jantung Pisang, Superfood Lokal yang Kaya Manfaat untuk Kesehatan!
- Cara Merawat Tanaman Hias Saat Liburan Agar Tidak Layu
- Mitos vs Fakta, Paranet Bisa Menahan Hujan Deras?
Setiap buah diberi perhatian satu per satu. Dari proses penyerbukan juga ditangani oleh manusia bukan proses natural. Lalu, setelah buah mulai tumbuh, setiap apel dibungkus dan dibersihkan secara manual, bahkan dilap satu per satu agar kulitnya tetap mulus dan mengilap. Tak ada proses yang terburu-buru. Panen hanya dilakukan saat buah sudah mencapai bentuk, warna, dan rasa yang dianggap sempurna tak sekadar matang, tapi benar-benar ideal.
Hasilnya? Sebuah apel raksasa, bisa seukuran dua kepalan tangan, dengan kulit merah mengilap tanpa cela, dan rasa manis alami yang seimbang sempurna dengan keasaman segar. Bukan hanya memanjakan lidah, tapi juga mengundang decak kagum mata. Harga per buahnya bisa mencapai lebih dari USD 20 (sekitar Rp300.000 atau lebih), dan jika masuk ke kategori hadiah atau spesial edisi, harganya bisa melambung jauh lebih tinggi.
Namun, mahalnya apel ini bukan hanya karena kelezatannya atau ukurannya yang jumbo. Ada filosofi Jepang yang menyertainya. Dalam budaya Jepang, buah sering kali dijadikan hadiah bernilai tinggi. Memberikan buah kepada seseorang berarti menyampaikan rasa hormat, apresiasi, atau permohonan maaf dengan cara paling elegan. Karena itu, kualitas dan kesempurnaan menjadi nilai penting yang jauh melampaui soal rasa semata.
Di luar Jepang, ada juga varietas apel langka seperti Honeycrisp, Cosmic Crisp, atau Pink Pearl yang memiliki harga tinggi di pasar global karena rasa dan warna uniknya. Namun tetap, Sekai Ichi masih menempati posisi terhormat sebagai yang paling eksklusif. Bukan karena sulit ditemukan semata, tapi karena cara ia diperlakukan: bukan sebagai komoditas, melainkan sebagai warisan budaya rasa.
Menyantap apel seharga ratusan ribu rupiah mungkin terdengar berlebihan bagi sebagian orang. Tapi dalam setiap gigitan Sekai Ichi, tersembunyi ratusan jam kerja tangan manusia, bertahun-tahun tradisi, dan filosofi kesempurnaan yang tak ternilai. Ia bukan sekadar buah, tapi simbol dedikasi dan keindahan dalam kesederhanaan.
Jadi, apakah apel paling mahal di dunia layak dengan harganya? Jika yang dicari sekadar penghilang lapar, tentu tidak. Tapi jika yang dicari adalah pengalaman rasa, makna budaya, dan kualitas tanpa kompromi maka mungkin, justru harga itu belum cukup untuk membayar keajaiban kecil yang dikandung satu buah apel ini.
Posting Komentar