Hujan mungkin tampak biasa jatuh begitu saja dari langit, membasahi bumi, mengisi sungai dan kolam. Tapi bagi makhluk hidup, baik tanaman maupun hewan, hujan adalah lebih dari sekadar air. Mereka bisa dibilang seperti gacha, bisa menjadi bagus namun juga bisa jadi masalah. Setiap tetesnya membawa perubahan yang kadang halus, kadang drastis, tergantung siapa yang menerimanya dan dalam situasi seperti apa.
Baca juga:
- Bukan Beras, Tapi Bisa Jadi Nasi? Kenalan Sama Buah Hanjeli!
- Tradisi dan Inovasi, Serba-serbi Penggunaan Daun Pisang!
- Sering Jadi Pagar Rumah, Tapi Siapa Sangka Daun Ini Bisa Atasi Bau Badan?
Bagi tanaman, hujan ibarat rezeki langit. Air yang turun langsung dari atmosfer membawa kandungan mineral yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Tanah yang kering menjadi lembap, akar pun bisa mengisap nutrisi dengan lebih optimal. Fotosintesis berjalan lebih lancar karena air sebagai salah satu bahan utamanya tersedia melimpah. Banyak petani yang menanti datangnya hujan seperti menanti musim panen itu sendiri. Daun yang layu pun kembali hijau, dan bunga-bunga bermekaran setelah sekian lama menahan diri.
Namun, tak semua hujan membawa kebaikan. Jika datang terlalu deras dan terus-menerus, air bisa menjadi bencana. Tanah bisa jenuh, akar-akar tergenang, hingga menyebabkan pembusukan. Bunga dan buah bisa rontok sebelum waktunya. Pada lahan miring, erosi menjadi ancaman serius yang bisa merusak struktur tanah. Bahkan di lahan datar, hujan berlebih bisa menyisakan genangan yang mengundang penyakit. Jika hawa lembap ini akan membuat jamur gampang berkembang.
Sementara itu, hewan juga tidak lepas dari pengaruh hujan. Untuk hewan liar seperti burung, serangga, atau reptil, hujan mengubah dinamika hidup sehari-hari. Burung-burung terpaksa berlindung, tidak bisa mencari makan seperti biasa. Ulat dan serangga lain justru bisa muncul lebih banyak karena lembapnya udara. Bahkan katak dan cacing keluar dari tempat persembunyiannya, menjadikan hujan sebagai momen penting dalam siklus hidup mereka. Bagi beberapa spesies, hujan adalah sinyal waktu kawin telah tiba, atau saatnya bertelur di tempat yang cukup air.
Hewan ternak pun tak lepas dari dampak. Jika kandang tidak tertutup atau drainase buruk, maka kambing, ayam, atau sapi bisa mudah terserang flu, kutu, atau penyakit kulit. Hujan juga bisa membuat pakan membusuk jika tidak disimpan baik, sehingga berdampak pada kualitas dan kesehatan hewan peliharaan. Peternak yang bijak akan mengatur pola makan dan kebersihan kandang lebih ketat selama musim hujan.
Namun yang paling menarik adalah bagaimana tanaman dan hewan telah beradaptasi selama ribuan tahun. Ada bunga yang hanya mekar setelah hujan pertama turun. Ada hewan yang hanya aktif saat embun masih menggantung. Dan ada pula yang tahu kapan harus bersembunyi, kapan harus muncul, hanya dengan membaca bau tanah setelah hujan. Sebuah keterampilan alamiah yang jauh dari jangkauan manusia.
Pada akhirnya, hujan memang bukan sekadar air. Ia adalah pembawa pesan, penyeimbang ekosistem, dan penggerak siklus hidup yang kadang tak kasatmata. Tanpa hujan, tanah jadi tandus. Tanpa hujan, kehidupan bisa kehilangan ritmenya.
Posting Komentar