Musim panas yang ekstrem menjadi tantangan tersendiri bagi petani hortikultura di berbagai wilayah Indonesia. Suhu udara yang meningkat secara drastis, disertai dengan paparan sinar matahari berlebihan, sering kali menyebabkan stres pada tanaman, memperlambat pertumbuhan, hingga menurunkan hasil panen. Untuk mengatasi tantangan tersebut, banyak petani mulai mengadopsi teknologi sederhana yang terbukti efektif, salah satunya adalah penggunaan paranet dengan tingkat kerapatan 65%.
Baca juga:
Paranet 65% merupakan jenis jaring pelindung dengan kemampuan menyaring sekitar 65% sinar matahari langsung. Tingkat kerapatan ini dianggap ideal untuk tanaman hortikultura seperti cabai, tomat, terong, sawi, dan selada, karena mampu menurunkan suhu mikroklimat tanpa mengurangi kebutuhan cahaya secara signifikan.
Salah satu petani hortikultura di daerah Sleman, Yogyakarta, membagikan pengalamannya menggunakan paranet 65% selama puncak musim kemarau tahun ini. Menurutnya, penggunaan paranet membantu menjaga kelembaban tanah lebih lama dan mencegah daun tanaman dari gejala terbakar matahari (sunburn).
Dari sisi hasil panen, ia mencatat peningkatan kualitas daun dan buah yang lebih segar serta ukuran yang lebih seragam dibandingkan dengan tanaman yang tidak dilindungi paranet. Selain itu, paranet juga mampu mengurangi frekuensi penyiraman karena penguapan air dari tanah menurun secara signifikan. Hal ini tidak hanya menekan biaya operasional, tetapi juga mendukung efisiensi penggunaan air, faktor yang sangat penting saat musim kering berkepanjangan.
Namun, penggunaan paranet juga memerlukan perhatian dalam pemasangan dan pemeliharaan. Paranet harus dipasang pada ketinggian dan sudut yang tepat agar sirkulasi udara tetap terjaga dan tidak menimbulkan kelembaban berlebih yang bisa memicu jamur. Beberapa petani bahkan menggabungkan paranet dengan sistem irigasi tetes agar tanaman tetap mendapatkan perlakuan optimal sepanjang hari.
Posting Komentar